MUTASI DNA MEMICU KETUAAN

22.13 Edit This 0 Comments »

Terjadinya mutasi pada DNA memicu ketuaan pada tikus. Demikianlah hasil temuan sebuah penelitian yang mungkin dapat membantu untuk mengungkap penyebab ketuaan pada manusia.

Proses mutasi kode genetik terjadi sedikit demi sedikit sepanjang hidup hingga sel mati. Kematian ini bisa dilihat secara fisik dari perubahan berat badan, munculnya uban, penurunan indera pendengaran dan penglihatan, serta tulang keropos.

"Kami berpikir bahwa kunci penyebab ketuaan adalah mutasi genetik atau akumulasi kerusakan DNA yang berperan dalam proses kematian sel," kata Tomas Prolla dari University of Winconsin, Madison. Menurutnya, percobaan-percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kematian sel berperan utama dalam ketuaan.

Laporan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Science edisi 15 Juli ini, diharapkan dapat membantu para ilmuwan untuk memahami ketuaan dan kematian.

Gangguan Mitokondria

Mutasi DNA terus terjadi pada setiap mitokondria, bagian sel yang menyediakan energi untuk berkembang. Ketika mitokondria rusak, berarti sel juga rusak atau menjadi awal ketuaan.

Prolla dan kelompoknya menggunakan tikus yang direkayasa sehingga memiliki sedikit protein yang diperlukan untuk memperbaiki mitokondria DNA. Tikus ini mengalami tingkat mutasi yang tinggi daripada tikus biasa.

"Hasilnya seperti pengecek ejaan yang kacau," kata Prolla. "Dengan bagian pengecek kerusakan genetik yang tidak berfungsi dengan baik, mutasi akan terus terjadi lebih cepat," katanya. Sel tidak dapat mengetahui bahwa kode genetik terus mengalami perubahan dan menyimpang.

Temuan ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa kematian sel menyebabkan ketuaan. Teori lainnya yang dikenal dengan sebutan ’tekanan oksidasi’ mengatakan bahwa proses ketuaan merupakan hasil reaksi oksigen dengan radikal bebas dalam jangka panjang sehingga menghasilkan molekul sel yang rusak di seluruh bagian tubuh.

Namun, tim penelitian yang dipimpin Prolla tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tekanan oksidasi menyebabkan ketuaan. Faktanya, mereka hanya menemukan sedikit tekanan oksidasi yang tidak normal pada jaringan hati.

Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan mitokondria sangat parah. Selain itu, metabolisme tikus yang mengalami kemunduran, menghasilkan lebih sedikit radikal bebas.

Dengan adanya temuan ini, suatu saat obat-obatan pencegah ketuaan dapat dikembangkan untuk mencegah mutasi yang terjadi di mitokondria DNA. Baik untuk merawat tubuh secara keseluruhan maupun untuk bagian-bagian tertentu, misalnya indera pendengaran atau akar rambut. Tentu saja, tikus akan kembali menjadi kelinci percobaan untuk menguji penelitian ini.

"Idenya adalah mengurangi tingkat kematian sel dan meningkatkan fungsinya," kata Prolla. "Jika dugaan tersebut benar, kami dapat mulai membuat ramuan obat-obatan yang dapat mencegah ketuaan dengan mempertahankan fungsi mitokondria," katanya.

PROSES KETUAAN

Penuaan merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk faktor gizi, radikal bebas, sistem kekebalan dan lain sebagainya. Dari sekian banyak penyebab ketuaan, radikal bebas mendapat porsi tersendiri karena dianggap cukup signifikan dan terkait dalam proses terjadinya berbagai penyakit lain seperti aterosklerosis, katarak, penyakit jantung, kanker dan auto imun.

PROSES KETUAAN AKIBAT RADIKAL BEBAS

Radikal bebas didefinisikan sebagai suatu atom atau molekul yang mempunyai satu elektron atau lebih tanpa pasangan. Radikal bebas dianggap sangat berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Dapat pula terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. Dalam gerakannya yang tidak beraturan karena sangat reaktif tersebut, radikal bebas dapat nienimbulkan kerusakan pada berbagai bagian sel. Radikal bebas yang terbentuk melalui proses radiasi maupun oksidasi yang menghasilkan senyawa beracun dapat merusak sel dan berlanjut dengan kurang berfungsinya suatu jaringan atau terjadinya perubahan struktur sel dan jaringan sehingga fungsi organ menjadi sangat berkurang. Kejadian ini lama kelamaan akan meninggalkan tanda-tanda penuaan seperti bintik hitam di wajah dan keriput. Proses degeneratif ini terjadi melalui reaksi radikal bebas. Kerusakan yang dapat terjadi akibat reaksi radikal bebas

Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997 13

GIZI PENGHAMBAT PROSES PENUAAN

Proses penuaan dapat dihambat apabila makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung senyawa antioksidan yang cukup atau dapat memobilisasi aktivitas antioksidan dalam mencegah oksidasi. Makanan-makanan tersebut diharapkan mengandung zat-zat gizi yang diperlukan dalam sistim pertahanan tubuh untuk melawan atau meredam radikal bebas. Salah satu cara memperlambat proses penuaan ialah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang bersifat sebagai penetralisir reaktan radikal bebas tersebut. Zat-zat tersebut antara lain: vitamin C, vitamin E, beta karoten, Zn, Se dan Cu. Semua zat yang disebutkan tadi mempunyai sifat sebagai antioksidan dan menetralisir reaksi radikal bebas. terutama bila belum terjadi kerusakan sel. Semua zat tersebut harus diterima tubuh secara konsisten.

Zat gizi mikro seperti vitamin C, E dan provitamin A beta karoten mempunyai peran yang sangat penting. Vitamin E dan beta aroten bersifat lipofilik (suka lemak), sehingga dapat dipakai untuk mencegah oksidasi lemak di dalam membran. Vitamin E dapat bereaksi dengan radikal peroksida membentuk radikal vitamin E yang bersifat kurang reaktif karena mudah bereaksi dengan senyawa lain seperti vitamin C. glutathion maupun asam amino sistein.

Mineral mikro yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh adalah seng, tembaga, mangan, zat besi dan selenium. Mineral-mineral tersebut tergabung dalam ensimn antioksidan yang berperan melindungi membran sel dan komponenkomponen dalam sitosol.

Perlindungan yang dilakukan oleh mineral mikro dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu :

1) Mineral seng (Zn) berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan cara berkonyugasi dengan thiol sehingga menghambat pembentukan ion superoksida. Mineral seng sebagai komponen berperan sebagai pembersih radikal bebas. Mineral seng juga merupakan komponen enzim yang berperan dalam perbaikan asam nukleat.

2) Mineral tembaga (Cu) berperan melalui aktivitas ensirn superoksidadismutase (SOD). SOD mempunyai substrat spesifik yaitu ion superoksida. Peran tembaga sebagai kofaktor maupun pengatur ensim SOD cukup besar, jika tubuh kekurangan tembaga maka akan terjadi peningkatan peroksidasi lemak.

3) Mineral zat besi (Fe) merupakan komponen ensim katalaseyang berperan dalam mengkatalisis reaksi dismutasi hydrogen peroksida.

4) Mineral selenium (Se) sehagai komponen ensim glutathion peroksidase yang mengkatalisis reaksi perubahan hidrogen peroksida menjadi glutathion dan air.

Tokoferol merupakan antioksidan pemutus rantai yang hersifat lipofilik dan dapat bereaksi dengan radikal peroksida lemak sehingga terjadi hambatan oksidasi asam lemak tidak jenuh terutama asam arakhidonat.

Gejala Gangguan Medan Listrik

  1. Sistem saraf. Mengantuk, insomnia, susah berkonsentrasi, mudah lupa, cepat marah, depresi, tegang leher, sempoyongan, nyeri kepala, kesemutan.
  2. Sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah). Nyeri dada, jantung berdebar-debar, gangguan irama jantung, tekanan darah tinggi.
  3. Sistem pencernaan. Sariawan, sakit maag (gastritis), sembelit, mencret, perut kembung.
  4. Sistem penglihatan. Mata mudah lelah, penglihatan kabur.
  5. Sistem pendengaran. Telinga berdenging.
  6. Sistem anggota gerak tubuh. Mudah lelah, nyeri otot, kaku pada persendian.
  7. Sistem ekskresi (ginjal dan salurannya). Sering kencing, susah kencing

DOKUMENTASI DIAGNOSA KEPERAWATAN

22.00 Edit This 0 Comments »

Pengertian Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa pengertian diagnosa keperawatan, di antaranya sebagaimana diungkapkan beberapa ahli berikut ini:

Ø Suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Carpenito, 1995)

Ø Masalah kesehatan aktual dan potensial di mana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu mempunyai Kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan. (Gordon, 1976)

Ø Keputusan klinik tentang respons individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. (NANDA)

Ø Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan merupakan bagian dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dalam membuat diagnosa keperawatan ini dibutuhkan keterampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan. Maksud pembuatan diagnosa keperawatan ini adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan keluarganya dan untuk memberikan arah asuhan keperawatan yang sesuai.

Adapun karakteristik dari proses keperawatan antara lain:

1. Merupakan kerangka berpikir dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, dan komunitas.

2. Bersifat teratur dan sistematis.

3. Bersifat saling bergantung satu dengan yang lain.

4. Memberikan asuhan keperawatan secara individual.

5. klien menjadi pusat dan menghargai kekuatan klien.

6. Dapat digunakan dalam keadaan apapun.

Tujuan diagnosa :

1. Masalah di mana adanya respons klien terhadap status kesehatan atau penyakit.

2. Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.

3. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

Persyaratan Penyusunan Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa persyaratan dalam penyusunan diagnosa keperawatan, persyaratan tersebut antara lain:

1. Perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.

2. Spesifik dan akurat (pasti).

3. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab.

4. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan.

5. Dapat dilaksanakan oleh perawat.

6. Mencerminkan keadaan kesehatan klien.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menentukan Diagnosis Keperawatan
Dalam menentukan diagnose keperawatan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

1. Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat.

2. Bersifat aktual atau potensial.

3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.

4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.

Alasan Penulisan Diagnosa Keperawatan
Beberapa alasan perlunya penulisan diagnose keperawatan adalah:

1. Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

2. Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan.

3. Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya.

4. Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.

5. Menciptakan standar praktek keperawatan.

6. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Perbedaan Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

Berikut ini disajikan table perbandingan antara dignosa medis dengan diagnose keperawatan:

DIAGNOSA MEDIS

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Fokus: Faktor-faktor pengobatan penyakit

Fokus: Reaksi/respon klien terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis lainnya

Orientasi: Keadaan patologis

Orientasi: Kebutuhan dasar individu

Cenderung tetap mulai sakit sampai sembuh

Berubah sesuai perubahan respon klien

Mengarah pada tindakan medis yang sebagian dilimpahkan kepada perawat

Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan dan evaluasinya

Dx medis melengkapi Dx keperawatan

Dx keperawatan melengkapi Dx medis

Tipe Diagnosa Keperawatan

1. Aktual

Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen: label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.

Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan maturasional.

Menggambarkan penilaian klinis karena masalah sudah timbul. Label yang digunakan: Gangguan, Perubahan, Kerusakan, Tidak efektif, Kekurangan, Kelebihan, Penurunan, Disfungsi, Peningkatan, Distress, Ketidakseimbangan dan lain-lain

Syarat: ada PES. Symptom harus memenuhi kriteria mayor (80-100%) dan sebagian kriteria minor pedoman dx NANDA

2. Resiko

Diagnosis keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.

Validasi untuk menunjang diagnosis risiko adalah faktor risiko yang memperlihatkan keadaan di mana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalah : PE (problem & etiologi).

Menggambarkan penilaian klinis di mana individu/kelompok lebih rentan untuk mengalami masalah dibandingkan dengan orang lain dalam situasi yang sama atau serupa. Label yang digunakan : Risiko, Risiko tinggi, Risiko terhadap. Syarat: ada PE.

3. Kemungkinan

Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor risiko.

Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi. Adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan. Label yang digunakan : Kemungkinan. Syarat: adanya respons (problem) dan faktor yang mungkin menimbulkan masalah tapi belum ada.

4. Keperawatan Wellness

Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan/kesehatan yang lebih tinggi/optimal.

Cara pembuatan diagnosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.

Label yang digunakan : Potensial. Syarat: (1) sesuatu menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. (2) adanya status dan fungsi yang efektif.

Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orang tua telah melaporkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif. Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orang tua baru.

5. Keperawatan Sindrom

Adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan ada karena situasi/peristiwa tertentu.

Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau risiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Manfaat : Perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian & tindakan keperawatan.

Komponen Diagnosis Keperawatan

1. Problem (P/masalah),

Mengidentifikasikan apa yang tidak sehat dari klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari askep.

Merupakan gambaran keadaan klien di mana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.

Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standar yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :

a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.

b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan.

c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis.

d. Meningkatkan kerja sama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

2. Etiologi (E/penyebab)

Adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mungkin mempengaruhi perkembangan masalah. Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan.

Mengidentifikasi: fisiologi, psikologis, sosiologis, spiritual dan faktor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab atau faktor resiko

Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.

Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :

a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.

b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)

c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan): keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.

d. Maturasional :

Adolesent : ketergantungan dalam kelompok

Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua

Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.

Penulisan etiologi dari Dx kep meliputi unsur PSMM

P : Patofisiologi dari penyakit

S : Situational (keadaan lingkungan perawatan)

M: Medication (pengobatan ynag diberikan)

M: Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan)

3. Sign & Symptom (S/tanda & gejala),

Adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.

Proses Penyusunan Diagnosis Keperawatan

1. Klasifikasi & Analisis Data

Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu di mana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelompokan data dapat disusun berdasarkan pola respons manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982); analisa data mencakup mengenali pola dan membandingkannya dengan pola yang normal. Jika hubungan antara pola-pola tersebut teridentifikasi maka daftar masalah klien akan muncul.

Respons Manusia (Taksonomi NANDA II) :

a. Pertukaran

b. Komunikasi

c. Berhubungan

d. Nilai-nilai

e. Pilihan

f. Bergerak

g. Penafsiran

h. Pengetahuan

i. Perasaan

Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :

a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan

b. Nutrisi : pola metabolisme

c. Pola eliminasi

d. Aktivitas : pola latihan

e. Tidur : pola istirahat

f. Kognitif : pola perseptual

g. Persepsi diri : pola konsep diri

h. Peran : pola hubungan

i. Seksualitas : pola reproduktif

j. Koping : pola toleransi stres

k. Nilai : pola keyakinan

Kelompok data terdiri atas batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriiteria klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. kriteria klinis adalah tanda dan gejala objektif atau subjektif atau faktor risiko (Carpenito, 1999). Batasan karakteristik multiple yang dihasilkan dari data pengkajian mendukung diagnosa keperawatan. Terdapatnya satu tanda atau gejala tidak cukup untuk mendukung label diagnosa keperawatan.

2. Mengindentifikasi Masalah Klien

Masalah klien merupakan keadaan atau situasi di mana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya

Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.

v Menentukan kelebihan klien

Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.

v Menentukan masalah klien

Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.

v Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien

Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.

v Penentuan Keputusan

Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada indikasi respons keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta adanya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.

a Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga

b Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.

c Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi (PK).

Identifikasi masalah membawa perawat lebih dekat untuk membentuk diagnosa keperawatan.

Pohon Masalah

Langkah-langkah:

1. Tentukan core problem berdasarkan identifikasi data subyektif (keluhan utama) dan data obyektif (data mayor).

2. Identifikasi penyebab (E) dari masalah utama.

3. Identifikasi penyebab dari penyebab masalah utama (akar dari masalah).

4. Identifikasi penyebab dari penyebab masalah.

3. Memvalidasi Diagnosis Keperawatan

Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.

Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi untuk menjamin ketepatan dan kebenaran dari penyusunan diagnosa keperawatan tersebut.

4. Menyusun Diagnosis Keperawatan Sesuai dengan Prioritasnya

Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness. Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien.

Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskan hierarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawatdaruratan - menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :

a. Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

b. Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktek keperawatan.

Mencegah Kesalahan Dalam Membuat Diagnosis Keperawatan

Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam membuat diagnosa keperawatan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Tidak menggunakan istilah medis. Jika harus, hanya sebatas memperjelas, dengan diberi pernyataan `sekunder terhadap`.

Ex : mastektomi b.d kanker.

2. Tidak merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu diagnosa medis.

Ex : Resiko pneumonia.

3. Jangan merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu intervensi keperawatan.

Ex : Menggunakan pispot sesering mungkin b.d dorongan ingin berkemih.

4. Jangan menggunakan istilah yang tidak jelas. Gunakan istilah/pernyataan yang lebih spesifik.

Ex : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d kesulitan bernafas.

5. Jangan menulis diagnosis keperawatan yang mengulangi instruksi dokter.

Ex : Instruksi untuk puasa.

6. Jangan merumuskan dua masalah pada saat yang sama.

Ex : Nyeri dan takut b.d prosedur operasi.

7. Jangan menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah.

Ex : Resiko cedera b.d kebutaan.

8. Jangan menuliskan etiologi atau tanda/gejala untuk masalah.

Ex : Kongesti paru b.d tirah baring lama.

9. Jangan membuat asumsi.

Ex : Resiko perubahan peran b.d tidak berpengalaman menjadi ibu baru.

10. Jangan menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum.

Ex : Kerusakan integritas kulit b.d posisi klien tidak diubah setiap 2 jam.

Keuntungan dari diagnosa keperawatan

1. Memfasilitasi komunikasi di antara perawat dengan petugas kesehatan yang lain tentang tingkat kesejahteraan klien dan membantu perencanaan pemulihan

2. Digunakan sebagai catatan perkembangan klien, menuliskan rujukan, dan memberikan transisi perawatan yang efektif dari satu unit ke unit lain atau dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, maka diagnosa keperawatan mekanisme untuk mengomunikasikan dan menegaskan perawatan yang masih diperlukan klien.

3. Diagnosa keperawatan juga dapat berfungsi sebagai fokus untuk perbaikan kualitas, sehingga dapat menentukan apakah asuhan keperawatan yang diberikan sudah tepat dan sesuai dengan standar praktek atau belum.

Dokumentasi Diagnosis Keperawatan

1. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko.

2. Catat diagnosis keperawatan risiko ke dalam format diagnosis keperawatan.

3. Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA (terbaru: 2007-2008).

4. Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosis keperawatan.

5. Masukkan pernyataan diagnosis keperawatan ke dalam daftar masalah.

6. Hubungkan setiap diagnosis keperawatan ketika menemukan masalah perawatan.

7. Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi.

Tujuan Dokumentasi Diagnosis Keperawatan

1. Mengomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.

2. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam identifikasi masalah klien.

3. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.

Perenungan

19.44 Edit This 0 Comments »
Hidup hanya sekali!
Setelah berakhirnya kehidupan ini seperti apa "Kehidupan" kelak?
Benarkah hidup hanya untuk hidup?
Apakah segala yang kita lakukan selama hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup?
Atau hidup untuk bekal? Bekal ke mana?
Benarkah ada "Kehidupan" lain setelah kehidupan ini?
Jika Ya! Apa bekal untuk "Kehidupan" lain itu?
Harta? Pangkat? Jabatan? Kedudukan?
Rasanya semua itu akan kita tinggalkan, saat kematian itu datang!
Lalu apa bekal yang sesungguhnya?