MUTASI DNA MEMICU KETUAAN

22.13 Edit This 0 Comments »

Terjadinya mutasi pada DNA memicu ketuaan pada tikus. Demikianlah hasil temuan sebuah penelitian yang mungkin dapat membantu untuk mengungkap penyebab ketuaan pada manusia.

Proses mutasi kode genetik terjadi sedikit demi sedikit sepanjang hidup hingga sel mati. Kematian ini bisa dilihat secara fisik dari perubahan berat badan, munculnya uban, penurunan indera pendengaran dan penglihatan, serta tulang keropos.

"Kami berpikir bahwa kunci penyebab ketuaan adalah mutasi genetik atau akumulasi kerusakan DNA yang berperan dalam proses kematian sel," kata Tomas Prolla dari University of Winconsin, Madison. Menurutnya, percobaan-percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kematian sel berperan utama dalam ketuaan.

Laporan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Science edisi 15 Juli ini, diharapkan dapat membantu para ilmuwan untuk memahami ketuaan dan kematian.

Gangguan Mitokondria

Mutasi DNA terus terjadi pada setiap mitokondria, bagian sel yang menyediakan energi untuk berkembang. Ketika mitokondria rusak, berarti sel juga rusak atau menjadi awal ketuaan.

Prolla dan kelompoknya menggunakan tikus yang direkayasa sehingga memiliki sedikit protein yang diperlukan untuk memperbaiki mitokondria DNA. Tikus ini mengalami tingkat mutasi yang tinggi daripada tikus biasa.

"Hasilnya seperti pengecek ejaan yang kacau," kata Prolla. "Dengan bagian pengecek kerusakan genetik yang tidak berfungsi dengan baik, mutasi akan terus terjadi lebih cepat," katanya. Sel tidak dapat mengetahui bahwa kode genetik terus mengalami perubahan dan menyimpang.

Temuan ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa kematian sel menyebabkan ketuaan. Teori lainnya yang dikenal dengan sebutan ’tekanan oksidasi’ mengatakan bahwa proses ketuaan merupakan hasil reaksi oksigen dengan radikal bebas dalam jangka panjang sehingga menghasilkan molekul sel yang rusak di seluruh bagian tubuh.

Namun, tim penelitian yang dipimpin Prolla tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tekanan oksidasi menyebabkan ketuaan. Faktanya, mereka hanya menemukan sedikit tekanan oksidasi yang tidak normal pada jaringan hati.

Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan mitokondria sangat parah. Selain itu, metabolisme tikus yang mengalami kemunduran, menghasilkan lebih sedikit radikal bebas.

Dengan adanya temuan ini, suatu saat obat-obatan pencegah ketuaan dapat dikembangkan untuk mencegah mutasi yang terjadi di mitokondria DNA. Baik untuk merawat tubuh secara keseluruhan maupun untuk bagian-bagian tertentu, misalnya indera pendengaran atau akar rambut. Tentu saja, tikus akan kembali menjadi kelinci percobaan untuk menguji penelitian ini.

"Idenya adalah mengurangi tingkat kematian sel dan meningkatkan fungsinya," kata Prolla. "Jika dugaan tersebut benar, kami dapat mulai membuat ramuan obat-obatan yang dapat mencegah ketuaan dengan mempertahankan fungsi mitokondria," katanya.

PROSES KETUAAN

Penuaan merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk faktor gizi, radikal bebas, sistem kekebalan dan lain sebagainya. Dari sekian banyak penyebab ketuaan, radikal bebas mendapat porsi tersendiri karena dianggap cukup signifikan dan terkait dalam proses terjadinya berbagai penyakit lain seperti aterosklerosis, katarak, penyakit jantung, kanker dan auto imun.

PROSES KETUAAN AKIBAT RADIKAL BEBAS

Radikal bebas didefinisikan sebagai suatu atom atau molekul yang mempunyai satu elektron atau lebih tanpa pasangan. Radikal bebas dianggap sangat berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Dapat pula terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. Dalam gerakannya yang tidak beraturan karena sangat reaktif tersebut, radikal bebas dapat nienimbulkan kerusakan pada berbagai bagian sel. Radikal bebas yang terbentuk melalui proses radiasi maupun oksidasi yang menghasilkan senyawa beracun dapat merusak sel dan berlanjut dengan kurang berfungsinya suatu jaringan atau terjadinya perubahan struktur sel dan jaringan sehingga fungsi organ menjadi sangat berkurang. Kejadian ini lama kelamaan akan meninggalkan tanda-tanda penuaan seperti bintik hitam di wajah dan keriput. Proses degeneratif ini terjadi melalui reaksi radikal bebas. Kerusakan yang dapat terjadi akibat reaksi radikal bebas

Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997 13

GIZI PENGHAMBAT PROSES PENUAAN

Proses penuaan dapat dihambat apabila makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung senyawa antioksidan yang cukup atau dapat memobilisasi aktivitas antioksidan dalam mencegah oksidasi. Makanan-makanan tersebut diharapkan mengandung zat-zat gizi yang diperlukan dalam sistim pertahanan tubuh untuk melawan atau meredam radikal bebas. Salah satu cara memperlambat proses penuaan ialah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang bersifat sebagai penetralisir reaktan radikal bebas tersebut. Zat-zat tersebut antara lain: vitamin C, vitamin E, beta karoten, Zn, Se dan Cu. Semua zat yang disebutkan tadi mempunyai sifat sebagai antioksidan dan menetralisir reaksi radikal bebas. terutama bila belum terjadi kerusakan sel. Semua zat tersebut harus diterima tubuh secara konsisten.

Zat gizi mikro seperti vitamin C, E dan provitamin A beta karoten mempunyai peran yang sangat penting. Vitamin E dan beta aroten bersifat lipofilik (suka lemak), sehingga dapat dipakai untuk mencegah oksidasi lemak di dalam membran. Vitamin E dapat bereaksi dengan radikal peroksida membentuk radikal vitamin E yang bersifat kurang reaktif karena mudah bereaksi dengan senyawa lain seperti vitamin C. glutathion maupun asam amino sistein.

Mineral mikro yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh adalah seng, tembaga, mangan, zat besi dan selenium. Mineral-mineral tersebut tergabung dalam ensimn antioksidan yang berperan melindungi membran sel dan komponenkomponen dalam sitosol.

Perlindungan yang dilakukan oleh mineral mikro dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu :

1) Mineral seng (Zn) berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan cara berkonyugasi dengan thiol sehingga menghambat pembentukan ion superoksida. Mineral seng sebagai komponen berperan sebagai pembersih radikal bebas. Mineral seng juga merupakan komponen enzim yang berperan dalam perbaikan asam nukleat.

2) Mineral tembaga (Cu) berperan melalui aktivitas ensirn superoksidadismutase (SOD). SOD mempunyai substrat spesifik yaitu ion superoksida. Peran tembaga sebagai kofaktor maupun pengatur ensim SOD cukup besar, jika tubuh kekurangan tembaga maka akan terjadi peningkatan peroksidasi lemak.

3) Mineral zat besi (Fe) merupakan komponen ensim katalaseyang berperan dalam mengkatalisis reaksi dismutasi hydrogen peroksida.

4) Mineral selenium (Se) sehagai komponen ensim glutathion peroksidase yang mengkatalisis reaksi perubahan hidrogen peroksida menjadi glutathion dan air.

Tokoferol merupakan antioksidan pemutus rantai yang hersifat lipofilik dan dapat bereaksi dengan radikal peroksida lemak sehingga terjadi hambatan oksidasi asam lemak tidak jenuh terutama asam arakhidonat.

Gejala Gangguan Medan Listrik

  1. Sistem saraf. Mengantuk, insomnia, susah berkonsentrasi, mudah lupa, cepat marah, depresi, tegang leher, sempoyongan, nyeri kepala, kesemutan.
  2. Sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah). Nyeri dada, jantung berdebar-debar, gangguan irama jantung, tekanan darah tinggi.
  3. Sistem pencernaan. Sariawan, sakit maag (gastritis), sembelit, mencret, perut kembung.
  4. Sistem penglihatan. Mata mudah lelah, penglihatan kabur.
  5. Sistem pendengaran. Telinga berdenging.
  6. Sistem anggota gerak tubuh. Mudah lelah, nyeri otot, kaku pada persendian.
  7. Sistem ekskresi (ginjal dan salurannya). Sering kencing, susah kencing

0 komentar: